Monday 1 July 2013

Seuntai kisah Pengabdianku di daerah 3T Nias

,
Menjadi Guru di daerah 3T(Tertinggal, terluar dan Terdepan) memang tidaklah mudah. banyak rintangan dan tantangan yang harus dihadapi. Tetapi di balik semua itu pasti banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan.

Kisah pengabdianku dimulai ketika Oktober 2012 saya diterima di program SM3T setelah mengikuti proses seleksi yang lumayan panjang serta menguras tenaga dan waktu. Ketika pendistribusian guru SM3T, saya ditempatkan di Kecamatan Hiliduho, tepatnya di SMP Negeri 2 Hiliduho, sekitar 8 km dari kota Gunung Sitoli. Menurut saya Kec. Hiliduho bukanlah tempat yang begitu 3 T dibandingkan daerah Pulau Nias lainnya karena masih relatif dekat dengan pusat kota.tetapi,dekat dengan kota tidak berarti semuanya bisa berjalan dengan mulus.

Daerah tersebut merupakan daerah baru bagi saya. dan tentu saja pada awalnya sulit bagi saya untuk beradaptasi karena banyak perbedaan khususnya dari segi sosial dan budaya. tetapi, lambat laun saya bisa menyesuaikan diri dengan keadaan sekolah maupun masyarakat setempat.

Awal mengajar bagi saya sangatlah sulit karena sebagian besar siswa tidak terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia. Sebenarnya siswa-siswi tersebut mengerti Bahasa Indonesia tetapi terkadang mereka enggan menggunakan Bahasa Indonesia. dan tentunya itu menjadi motivasi bagi saya untuk dapat belajar Bahasa daerah Nias secepatnya agar saya bisa berkomunikasi dengan siswa maupun masyarakat dan berkat kemauan untuk mempelajari bahasa Nias sekarang kosa kata Bahasa Nias saya sudah cukup banyak.

Saya menyadari bahwa untuk memperbaiki keadaan pendidikan di Nias tidak segampang membalikkan telapak tangan dan memerlukan kerjasama antar elemen.jadi, tidak cukup hanya setahun untuk membuat segalanya menjadi baik. Masalah utama pendidikan di Nias adalah kurangnya sarana dan prasarana pendidikan yang tentunya akan berpengaruh terhadap kelancaran proses KBM. Masalah lainnya adalah kurangnya tingkat pendapatan masyarakat.

tetapi, satu hal yang patut diacungi jempol bagi siswa-siswiku adalah semangat mereka untuk sekolah. kebanyakan siswa yang bersekolah memiliki tempat tinggal yang jauh dari sekolah, jarak yang paling jauh adalah sekitar 5 km dan harus ditempuh dengan jalan kaki dengan melewati hutan dan sungai. bahkan banyak di antara siswa tersebut menjadi siswa yang berprestasi di Sekolah. bagi mereka jarak tidak menjadi masalah demi pendidikan.

sekitar 8 bulan masa pengabdian telah saya jalani dengan segala suka dan duka. terkadang rasa bosan dan jengkel datang menghampiri dan itu sangat manusiawi tetapi, saya kembali mengingat tujuan awal saya datang ke daerah itu adalah untuk mengabdikan diri saya bagi sekolah itu. melakukan yang terbaik yang bisa saya lakukan. saya juga terkadang menyadari bahwa pengabdian saya belum maksimal bagi mereka karena saya adalah manusia yang memiliki keterbatasan baik pengetahuan maupun kepribadian. karena dari segi pengalaman saya belum pantas dikatakan guru profesional tetapi calon guru profesional. jadi semuanya bagiku masih proses belajar menjadi guru profesional.
banyak kisah yang pastinya tak akan ku lupakan, baik itu di sekolah maupun masyarakat. Dari kisah pengabdianku saya mendapatkan begitu banyak pelajaran, seperti kesabaran, mengasihi orang lain, menghargai perbedaan,bersyukur atas apa yang kita miliki,dan mandiri.

3 bulan lagi program pengabdian ini akan berakhir. mudah-mudahan saya tetap bisa melakukan yang terbaik bagi mereka di sisa waktu terakhir masa pengabdian ini
 

My blog, My Expression Copyright © 2011 | Template design by O Pregador | Powered by Blogger Templates